jadi ada seorang dosen di FBS 4 ini, yang mengajar mata kuliah Patologi Klinik. dari awal gw ngeliat dia di salah satu acara OSPEK, emang udah ngaco banget nih dosen. 1st impression ke gw-nya salah banget, serem gilaaa! mulai dari baju kurung yang setengah bisa dibilang jubah besar. ditambah aksesori kacamata yang.. WAH! frame bulat, mata ber-eyeliner cukup tebal, dan tipikal matanya yang gak kalah bulat sama frame kacamatanya. belum lagi pemerah bibir yang dipakai, betul-betul merah darah. gimana gak makin bergidik gw ngeliatnya.
nah, suatu hari selepas tutorial, gw berpapasan sama dia di tangga. waaaahhh ini nih, momen-momen dimana gw merasa ada yang gak beres dari dia. pada tau kan, kalo setiap orang tuh punya auranya sendiri-sendiri, yang memancar dengan caranya sendiri-sendiri pula. naaaahhh, aura yang terpancar dari dia tuh.. beeehh!! bener-bener bikin gw bergidik! banget! there's something about her, scares me a lot. but unexplainable. banget!
jadilah semenjak adegan papasan yang bikin gw bergidik itu, gw resmi officially menamai dia "dementor". well, dengan kemampuannya yang amat sangat menghipnotis untuk bikin gw merinding, baik sekedar berpapasan maupun bertatapan one-on-one dengan dia.
nah! tadi siang, tepatnya ketika gw sedang berada dalam jam kuliah CRP, tiba-tiba secara bodoh dan iseng, si Parol sibuk masukin beberapa nama dokter di search engine Google. sampailah ketika ia mengetikkan nama si dr. "N". tak disangka dan tak diduga, artikel pertama yang dimunculkan oleh si mesin pencari adalah artikel mengenai meninggalnya anak si dr."N" ini. waaaahhh! gempar lah si Parol, sibuk towel-towel gw menggemparkan berita artikel tersebut. gw yang masih percaya gak percaya, semakin percaya ketika dengan jelas nama panjang dari si dokter disebutkan secara gamblang. disebutkan pula status dan spesialisasinya di RSHS. waaaaahhhh... sedih gw baca artikelnya. sedih banget! even untuk seseorang yang selama ini gw takutin, gw setengah freaky-in. gilaaaaa, merinding gw. sedih banget. bayangin aja, betapa ironisnya, dia dokter ahli hematologi, masternya Patologi Klinik, gagal meriksa sampel darah anaknya sendiri. waaaahhhh, ironis banget. dan, bayangin kalo lo jadi dia? sebesar apa rasa bersalah lo?
kasian.. kasian. dan mendadak rasa bersalah gw muncul. bersalah atas apa? mungkin atas kebrengsekan gw mencerca dia. menamai dia dengan hal-hal tolol yang telintas di kepala gw saat itu. tapi jujur, aura yang keluar dari ekspresi mukanya, dari cara dia jalan, cara dia ngomong, yaaa emang begitu. creepy. scary. gak deh, papasan atau tatapan langsung sama dia hihi.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home