Taxi Driver, my holy book of the moment.
Jadi, friendster kan?
Hahahaha, perkataan gw yang berusaha menunjukkan langkah pertemanan diantara gw dan dia. Oke, kita lupakan sejenak suatu hal yang kita sebut kemarin sebagai “jarak”, karena toh ternyata jarak hanya akan bikin gw makin gusrah gak karuan. Atas nama teman, itu yang akan gw pegang. Gw udah janji sama Homie, akan move on dan membawa ini sebagai “Atas Nama Teman”. Well, pada faktanya gw belum mau move on, tapi bukan berarti gw akan mengulang masa lalu. Kata seseorang, sekarang ini gw memilih untuk berada di zona aman. Yang berarti gw memilih untuk diam di tempat dan tidak mengambil resiko sekecil apapun.
Dan ketika permainan Taxi Driver Wisdom dimulai, diantara gw dan dia.
" Oke oke.. kita tanya Taxi Driver ya sekarang. Taxi driver, please katakan sesuatu tentang kita saat ini.. "
Dan.. terbuka lah salah satu halamannya. Yang.. shit banget!
“ If you chose a new life, you must have not wanted the old one anymore. “
Hahahahahahah, gw ngakak aja saat itu. Tertawa, sembari miris sendiri.
“ apa apa? Apa tadi kata taxi driver nya? “
dia sibuk menanyai mengenai apa yang gw baca.
Gw bersikeras untuk membiarkan dia dalam ombak kepenasaran. Karena kata-katanya emang shit banget. Dan.. wah terlalu menohok. Jadi gak ada niatan di kepala gw untuk sedikitpun memberi tau. Dia memaksa. Mengambil buku kecil bersampul dove tersebut. Dan sibuk membukai halamannya satu per satu. Sampai akhirnya tiba di tempat dia harus turun, dan dia berkata,
“aha! Ini ya pasti. If you chose a new life.. “
ssiiiinnnggg. Gak ada suara. Dan sedetik kemudian dia tertawa. Ber-dadaah-dadaaahh sama gw, pamitan. Dan ia pun keluar dari kendaraan hitam yang kita tumpangi.
Whatever wise things Taxi Driver said to me, or to us, it won’t argue my choice: I still need my old one, to face a new life. Seems fair, huh?
Btw, makasiihh ya “friendster” udah nemenin nonton Twilight –kedua- hari itu. Sebosan apapun lo sama tuh film, lo udah memenuhi kecanduan gw akan Twilight hahahaha, thanks to you.